Bagi Yesus, yang paling penting bukanlah hukuman dan kematian para pendosa, melainkan kesadaran untuk bertobat dan memulai sebuah cara hidup yang baru.
SALSA (SApaan Lembut Sabda Allah)
Senin, 7 April 2025
Bac.
I: Dan 13:41c-62
Mzm
Tanggapan: “Tuhanlah Gembalaku, takkan kekurangan aku”
Injil:
Yoh 8:1-11
Sapaan lembut Sabda Allah hari ini mengundang kita untuk menyadari kerahiman dan kasih Tuhan yang membela dan mengampuni kita. Bacaan Injil hari ini (yang sama dengan Injil hari Minggu kemarin) menampilkan dengan sangat jelas bagaimana sikap kepedulian dan kerahiman Yesus terhadap seorang perempuan yang berdosa.
Berbeda
dengan sikap ahli Taurat dan orang Farisi yang menghakimi dan menghendaki
hukuman mati baginya, Yesus justru berusaha membela-menyelamatkan hidup dan
mengampuni perempuan tersebut: “Siapa yang merasa diri tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu”. Yesus
tidak menghakiminya, melainkan Ia menaruh belaskasihan kepadanya: “Aku pun
tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi”.
Bagi
Yesus, yang paling penting bukanlah hukuman dan kematian para pendosa,
melainkan kesadaran untuk bertobat dan memulai sebuah cara hidup yang baru.
Ada
beberapa pesan inspiratif dari Sapaan Sabda Allah hari ini:
Pertama, janganlah kita mudah menghakimi dan cenderung melihat kesalahan orang
lain. Yesus meminta kita untuk menilai dan menghakimi diri kita sendiri
terlebih dahulu, sebelum kita menilai dan menghakimi orang lain. Kita tidak
pantas untuk menghakimi kesalahan orang lain, karena kita semua juga tidak
sempurna dan berdosa. Justru sebaliknya, sebagai pengikut Kristus, kita
seharusnya merangkul, memaafkan-mengampuni dan berbelaskasih dengan saudara-i
kita yang bersalah.
Kedua, seburuk apapun situasi hidup dan kesalahan kita, hendaknya kita tidak
malu dan ragu untuk mendatangi dan mendekati kepada Tuhan. Dia maharahim dan
berbelaskasih yang selalu membela dan mengampuni kita. Kasih dan kerahiman
Tuhan melampaui dosa-dosa kita.
Ketiga, kesadaran akan kerahiman dan kasih Tuhan yang tanpa batas ini, kiranya
mendorong kita untuk bertobat. Komitmen kita untuk bertobat bukanlah sebagai
beban atau kewajiban, bukan karena ketakutan, melainkan sebagai ungkapan syukur
dan terima kasih atas kebaikan dan cinta Tuhan dalam hidup kita. Pertobatan
memungkinkan kita untuk semakin mencintai Tuhan dan sesama secara bebas dan
tulus hati.
Semoga rahmat Tuhan membantu kita, khususnya di masa Prapaskah ini, untuk semakin menyadari-menyesali kesalahan kita, percaya pada kerahiman dan kasih Allah yang tanpa syarat, serta menggerakan untuk bertobat dan membaharui hidup kita, amin. (John,cmf)