Di hadapan pengakuan akan identitas mesianis Putranya dan perutusannya sebagai ibu, Maria tidak berbicara tentang dirinya sendiri, tetapi tentang Allah, dan menaikkan pujian yang penuh iman, pengharapan dan sukacita, sebuah nyanyian yang bergema setiap hari dalam Gereja selama doa Vesper (Ibadat Sore): Magnificat (Luk 1:46-55).
Yesus adalah keselamatan, Yesus adalah terang, dan Yesus adalah tanda kontradiksi.
Sabda Tuhan yang telah kita dengar mengingatkan kita bahwa “kembali ke asal mula” yang pertama dan terpenting dalam setiap pembaktian dan bagi setiap kita, adalah kembali kepada Kristus dan kepada jawaban “ya” dari-Nya kepada Bapa
Dengan demikian, mengikuti Firman Tuhan, Yusuf bertindak dengan penuh pertimbangan: ia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh perasaan naluriah dan rasa takut untuk menerima Maria bersamanya, tetapi lebih memilih untuk dibimbing oleh kebijaksanaan ilahi.
Penginjil mengatakan bahwa orang-orang Nazaret gagal mengenali Dia yang diurapi Tuhan di dalam diri Yesus. Mereka mengira bahwa mereka telah mengenal-Nya dengan sangat baik, dan hal ini, bukannya memfasilitasi terbukanya pikiran dan hati mereka, tetapi justru menghalangi mereka untuk melakukannya, seperti selubung yang menutupi cahaya.
Dan di sana, di kedalaman hatinya yang terbuka dan peka, ia mendengar undangan untuk percaya kepada Allah, yang telah mempersiapkan baginya “Pentakosta” yang istimewa.