Ada sebuah proses transformasi iman yang luar biasa yang dialami para perempuan tersebut: dari pembawa rempah-rempah (Miroforas) menjadi pembawa kabar sukacita Kebangkitan Yesus (Misionaris-Rasul).
Narasi Cinta Sang “Miroforas”
Dalam Tradisi Katolik Ortodoks, para perempuan yang pagi-pagi buta pada Minggu Paskah pergi ke kubur Yesus untuk merempahi jenasah-Nya disebut “Miroforas” (Para Perempuan pembawa rempah-rempah- cf. Mrk 16:1-8). Para perempuan pembawa rempah-rempah itu adalah: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome.
Merempahi jenasah adalah sebuah ungkapan cinta terahkir kepada orang yang telah meninggal. Para perempuan tersebut nekat dan berani pergi ke kubur pagi-pagi buta, bukan saja karena alasan tradisi-budaya (sebab waktu Yesus dikuburkan tidak sempat dirempahi), tetapi merupakan sebuah ungkapan kasih yang terdalam kepada Yesus, Sang Guru.
Di saat Para Rasul melarikan dari dan mengurung diri di dalam ruang terkunci karena “takut pada Orang Yahudi”, para perempuan tersebut berani untuk mengalahkan ketakutan tersebut dan didorong oleh cinta yang besar terhadap Yesus, mereka tanpa takut sedikitpun pada pagi-pagi buta pergi ke kubur Yesus, mereka sangat nekat meskipun mereka tahu bahwa kuburan Yesus ditutup oleh batu yang besar dan dijaga oleh para serdadu.
Situasi sulit ini tidak membuat mereka ciut atau takut; kecintaan yang mendalam terhadap Sang Guru mengalahkan semua tantangan dan kesulitan tersebut. Mereka mencintai dan mencari Yesus sampai pada “kubur-kematian”. Meski Yesus sudah mati, tetapi cinta mereka terhadap-Nya tidak pernah pudar; cinta inilah yang menggerakkan mereka untuk merempahi-mengharumi jenasah-Nya dan meminyaki luka-luka-Nya.
Cinta, iman dan keberanian para perempuan ini membawa mereka pada pengalaman akan kebangkitan. Ketika mereka sampai ke kubur mereka sangat heran karena batu penutup kubur sudah terguling. Lebih mengherankan lagi ketika mereka mendapati kubur kosong, jenasah Yesus tidak ada lagi di situ.
Betapa terkejutnya mereka karena melihat seorang malaikat yang memakai jubah putih duduk di sebelah kanan. Namun, malaikat itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret yang disalibkan itu. Ia telah bangkit….” (Mrk 16:6). Para perempuan ini adalah orang-orang pertama yang mengalami dan menyaksikan misteri Kebangkitan. Mereka adalah saksi-saksi pertama akan kebangkitan Kristus.
Ada sebuah proses transformasi iman yang luar biasa yang dialami para perempuan tersebut: dari pembawa rempah-rempah (Miroforas) menjadi pembawa kabar sukacita kebangkitan Yesus (Misionaris-Rasul). Mereka adalah saksi dan misionaris pertama yang menyaksikan misteri kebangkitan Yesus dan mewartakan Kabar Sukacita bahwa Tuhan telah Bangkit-Hidup. Jika sebelumnya mereka membawa “keharuman” untuk jenasah-kematian Yesus, sekarang diubah menjadi pembawa kabar sukacita akan “keharuman kebangkitan-Nya”.
Berkaca pada “Miroforas”
Kita masih dalam suasana dan euforia Paskah. Kita hendaknya belajar atau berkaca pada spiritualitas dan semangat “para perempuan pembawa rempah-rempah”, yang memiliki cinta yang mendalam terhadap Sang Guru. Umat Kristiani dipanggil untuk mengikuti Kristus secara lebih dekat, memiliki relasi dan cinta yang mendalam terhadap Yesus, sebagaimana diteladani para “miroforas” tersebut.
Keintiman, cinta dan iman yang mendalam kepada Yesus, mendorong kita untuk selalu mencintai dan mencari Yesus dalam situasi apapun, termasuk dalam situasi-situasi sulit (kegelapan dunia, situasi kubur-kematian/tanpa harapan). Kecintaan dan iman yang mendalam membantu kita untuk tidak takut atau berani dalam menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam hidup panggilan dan perutusan kita.
Setiap orang Kristiani dipanggil untuk membawa rempah-rempah, menaburkan parfum-keharuman bagi sesama, khususnya bagi mereka yang “hidupnya terkubur oleh berbagai kesusahan-penderitaan dunia”, dan “meminyaki luka-luka” sesama kita. Para pengikut Kristus juga dipanggil untuk berani bergerak “keluar”, keluar dari rasa takut dan kenyamanan diri (zona aman) menuju periferi-periferi, mengunjungi dan menjumpai sesama kita yang menderita, yang kehilangan harapan oleh karena berbagai kesusahan hidup.
Pengalaman akan kedekatan dan perjumpaan dengan Kristus yang Bangkit, mendorong kita untuk mewartakan kegembiraan dan sukacita kebangkitan kepada setiap orang di mana kita diutus, membawa dan menghadirkan keharuman-parfum Kristus kepada semua orang. Panggilan dan perutusan setiap pengikut Kristus adalah siap menjadi “Miroforas dan Misionaris”, yakni pembawa rempah-rempah atau keharuman-parfum Kristus (kebaikan, solidaritas, kepedulian, kemurahan hati, kedamaian, belaskasih...) dan pembawa pesan sukacita kebangkitan-kehidupan bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang miskin, kecil, terpinggirkan dan tertindas.
Salam Damai Paskah untuk-mu semua. Kristus sungguh telah bangkit dan tinggal-hidup di tengah-tengah kita. Jadilah “Miroforas” (pembawa keharuman Kristus) dan sekaligus “Misionaris” (Pembawa Sukacita Paskah) bagi semua orang. Salam hangat dari “Lembah Matani”......ALLELU....YA.
(JJ)