Lectio Divina || Kerendahan Hati

Kesombongan rohani si Farisi menjauhkannya dari Tuhan, sedangkan kerendahan hati si pemungut cukai diapresiasi dan dibenarkan oleh Tuhan.

Lectio Divina

SALSA (SApaan Lembut Sabda Allah)

Sabtu, 29 Maret 2025

 

Bac. I: Hos.6: 1-6   

Mzm Tanggapan: “Aku menyukai kasih setia, dan bukan kurban sembelihan”

Injil: Luk. 18:9-14

Sapaan lembut Sabda Allah hari ini mengajak kita untuk bersikap rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Dalam bacaan Injil dikisahkan dua sikap yang berbeda dari seorang Farisi dan seorang Pemungut Cukai. Si Farisi merasa diri lebih baik, lebih benar dan paling saleh. Ia merasa diri lebih superior dan merendahkan si pemungut cukai.

Sebaliknya, si pemungut cukai merasa dirinya orang berdosa, menyesali semua kesalahannya dan merasa tak pantas di hadapan Tuhan. Ia dengan rendah memohon belaskasih Tuhan: “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.

Kesombongan rohani si Farisi menjauhkannya dari Tuhan, sedangkan kerendahan hati si pemungut cukai diapresiasi dan dibenarkan oleh Tuhan: “Aku berkata kepadamu: orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah, sedang orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan, dan barangsiapa merendahkan diri akan ditinggikan”

Beberapa pesan inspiratif dari Sapaan Sabda Allah hari ini:

Pertama, sikap kerendahan hati membantu kita untuk menyadari dan mengakui secara tulus akan kerapuhan dan kesalahan kita. Kerendahan hati mendorong kita untuk bersandar pada kerahiman dan belaskasih Tuhan. Kerendahan hati memungkin kita untuk berubah dan bertobat.

Kedua, sebaliknya kesombongan hati membuat kita merasa lebih baik dan lebih benar dibandingkan orang lain. Kesombongan menutup pintu hati kita untuk menyadari dan mengakui kerahiman Tuhan, terlalu mengagungkan diri sendiri dan merendahkan atau menghina orang lain.

Ketiga, masa Prapaskah adalah kesempatan bagi kita untuk menyadari dan menyesali kedosaan kita, dan bersandar pada kerahiman dan kasih Tuhan. Kerendahan hati memungkin kita untuk bertobat dan diampuni-dibenarkan oleh Tuhan; sebaliknya, sikap merasa diri lebih baik dan lebih benar membuat kita sulit untuk bertobat dan menutup pintu pengampunan dan keselamatan.

Semoga rahmat Tuhan membantu kita untuk bersikap rendah hati, menyadari dan menyesali kerapuhan kita, serta berharap selalu pada kerahiman dan belaskasih Tuhan, amin. (John,cmf)

Berikan Komentar
Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin
AGENDA
LINK TERKAIT