Beban kendi di kepalanya, setiap kali ia pulang ke rumah, mengingatkannya akan kondisinya, akan kehidupannya yang sulit. Namun kini buli-buli itu ditinggalkan di kaki Yesus. Masa lalu tidak lagi menjadi beban; dia telah berdamai.
Pengurus kebun yang sabar ini adalah Tuhan, yang menggarap tanah kehidupan kita dengan penuh perhatian dan dengan penuh keyakinan menantikan kembalinya kita kepada-Nya.
Saya akan mulai dengan episode ini karena Nikodemus adalah seorang pria yang, dengan sejarahnya, menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk keluar dari kegelapan dan menemukan keberanian untuk mengikut Kristus.
Setelah naik ke puncak gunung bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yesus membenamkan diri-Nya dalam doa dan menjadi bercahaya.
Dalam masyarakat kita yang terlalu diperbudak oleh logika pasar, di mana segala sesuatu beresiko tunduk pada kriteria kepentingan dan pencarian keuntungan, kerelawanan adalah nubuat dan tanda harapan, karena menjadi saksi keutamaan kerelawanan, solidaritas dan pelayanan kepada mereka yang paling membutuhkan.
Ketika kita melakukan perjalanan melalui padang gurun bersama-Nya, kita mengikuti jalan yang belum pernah kita lalui: Yesus sendiri membuka jalan pembebasan dan penebusan yang baru bagi kita. Dengan mengikuti Tuhan dalam iman, dari para pengembara, kita menjadi peziarah.