"Dengarkanlah Suara Ciptaan!” Inilah tema Masa Ciptaan (Season of Creation) tahunan pada tahun 2022 ini. Kita akan dengarkan nyanyi pujian seluruh ciptaan sekaligus tangisan kesedihan mereka.
"Dengarkanlah Suara Ciptaan!” Inilah tema
Masa Ciptaan (Season of Creation) tahunan pada tahun 2022 ini. Kita akan
dengarkan nyanyi pujian seluruh ciptaan sekaligus tangisan kesedihan mereka.
Ini sungguh tragis, kata Paus Fransiskus.
Mengapa tragis? Karena pada tahun 2022 ini kita akan mendengarkan indahnya
suara sekaligus merasakan perihnya rintihan mereka. “Atau mungkin lebih tepat
disebut paduan suara tangisan kesedihan,” kata Paus Fransiskus.
Mengapa Paus menyebutnya paduan suara?
Alasannya jelas, bukan satu ciptaan saja yang sedang menderita. Menurut Paus
Fransiskus, ada bermacam-macam suara rintihan derita.
Pertama, tangisan saudari kita, ibu kita,
bumi. Tangisannya menyasar sifat konsumeris kita yang berlebihan. Dia menangis
dan memohon agar kita berhenti menodai dan merusaknya.
Kedua, tangisan ciptaan lainnya. Ada begitu
banyak spesies yang tak terhitung jumlahnya sedang sekarat dan nyanyian pujian
mereka dibungkam. Hal ini terjadi karena adanya antroposentrisme tirani (Lih.
Laudato Si’, 68). Maksudnya, manusia merasa dirinya adalah pusat dari seluruh
alam semesta, sehingga dia berhak bertindak sewenang-wenang.
Ketiga, tangisan orang miskin. Akibat
krisis iklim, orang miskin semakin merasakan dampak kekeringan, banjir, angin
topan, dan gelombang panas yang semakin intens dan sering terjadi.
Keempat, tangisan penduduk pribumi. Mereka
menangis karena kepentingan brutal ekonomi predator. Penduduk pribumi biasanya
mengharapkan tanah warisan para leluhur. Namun sayang, perebutan dan
penghancuran oleh para predator masih terjadi tanpa kenal belas kasihan (Lih.
Querida Amazonia, 9).
Akhirnya kelima, ada permohonan dari
anak-anak kita. Oleh karena merasa terancam oleh tindakan picik dan egois, anak
muda saat ini menangis. Dengan cemas mereka meminta kita orang dewasa untuk
melakukan segala hal yang mungkin untuk mampu mencegah, atau setidaknya
membatasi, runtuhnya ekosistem planet kita.
Masih ada banyak tangisan lainnya. Kita
bisa menambahkan masing-masing. Gabungan dari semua suara rintihan inilah yang
membentuk paduan suara tangisan kesedihan.
Lalu, bagaimana kita harus bertindak?
Paus Fransiskus mengulang kata-katanya.
Dulu pernah Paus ungkapkan dalam dokumennya berupa Surat Ensiklik bernama
Laudato Si’ (24 Mei 2015). Sekarang dalam Pesannya pada Hari Doa Sedunia untuk
Merawat Ciptaan (1 September 2022) pun Paus menegaskan kata-kata yang sama.
Kita harus bertobat! Harus ada pertobatan ekologis (ecological convertion).
Pertobatan ekologis bukan pilihan opsional
atau perkara hal sekunder (Lih. Laudato Si’, 217). Ini sebuah keharusan,
karena merupakan panggilan Injil (bdk. Mat 3:2), kata Paus Fransiskus.
Panggilan ini bertujuan untuk memperbarui relasi kita dengan Allah, sesama
manusia dan semua ciptaan lain.
Panggilan pertobatan ini bukan semata
urusan pribadi tertentu. Menurut Paus Fransiskus, pertobatan ekologis menuntut
adanya pertobatan komunal-bersama (Lih. Laudato Si’, 219).
“Dalam hal ini, komitmen dan tindakan,
dalam semangat kerjasama yang maksimal, juga dituntut dari komunitas
bangsa-bangsa, terutama dalam pertemuan-pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang membahas masalah lingkungan hidup,” demikian tegas Paus Fransiskus.
Kiranya ajakan Paus Fransiskus ini sangat jelas. Untuk membangun rumah bersama, kita harus bekerja bersama-sama. Pertobatan ekologis harus melibatkan semua orang. Dengan demikian, pertobatan ekologis bukan sekadar utopia belaka, serta perawatan rumah bersama kita ini pun dapat menjadi sebuah tindakan komunal yang nyata.
Kita patut bersyukur karena setiap tahun
selalu ada Season of Creation (Masa Ciptaan). Setiap tahun masa ini
terjadi rutin pada tanggal yang sama. Setiap tanggal 1 September membuka masa
ini, lalu tanggal 4 Oktober menutupnya.
Kedua hari ini sangat penting. Tanggal 1
September merupakan Hari Doa Sedunia untuk Merawat Ciptaan. Itulah pembukaan
Masa Ciptaan. Penutupannya bertepatan dengan Pesta St. Fransiskus dari Asisi,
tanggal 4 Oktober.
Pada Season of Creation tahun 2022
ini, Paus Fransiskus mengajak kita untuk menggunakan momen ini dengan baik.
Kita perlu mendengarkan tangisan kesedihan seluruh ciptaan. Hanya dengan cara
demikian, kita mampu mencapai pertobatan ekologis yang sungguh-sungguh.
Mendengarkan tangisan kesedihan mereka,
kita harus bertobat dan mengubah gaya hidup serta sistem destruktif kita,” kata
Paus Fransiskus.
Yang menarik, Masa Ciptaan (1 September-4
Oktober) melibatkan seluruh gereja Kristen. Paus Fransiskus mengajak seluruh
umat Katolik Roma agar berpartisipasi aktif dalam masa khusus ini. Inilah
saatnya kita bersama-sama dengan semua gereja Kristen lainnya berdoa bersama
dan melakukan tindakan nyata bersama untuk merawat bumi ini sebagai rumah kita
bersama.
Sebagai orang Kristiani, kita membutuhkan
spiritualitas ekologis (Lih. Laudato Si’, 216). Maksudnya agar kita
tidak berpartisipasi tanpa sebuah pendasaran spiritual. Justru sebaliknya,
dalam merawat bumi sebagai rumah kita bersama, kita sedang menanggapi panggilan
Allah.
Secara khusus, pada Masa Ciptaan tahun 2022
ini, Paus mengajak kita untuk menyadari kehadiran Allah di dalam dunia ini.
Kita harus membangun kesadaran bawah kita saling terkoneksi dengan semua
ciptaan lain, sehingga membentuk komunitas universal (Lih. Laudato Si’,
216).
Mengapa penting kesadaran ini? Alasannya
sangat jelas di dalam Kitab Suci. Kita semua ini adalah ciptaan yang hanya ada karena
Sang Sabda (Logos) Pribadi Yesus Kristus.
Hal ini jelas terlihat dalam Injil: “Segala
sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi
dari segala yang telah dijadikan” (Yoh 1:3).
Kita, semua ciptaan, berasal dari sumber yang sama. Oleh karena itu, kita sungguh bersaudara/i. Dengan demikian, tidak beralasan jika kita membiarkan tangisan kesedihan ciptaan lain terus-menerus terdengar.
(tm)
Baca teks aslinya di sini: Pope Francis, Message for the World Day of Prayer for the Care of Creation, 1 September 2022.