Kita telah melihat Dia berjalan menuju salib dalam keadaan tak berdaya dan terhina, dengan perasaan dan hati seorang anak yang melekat pada leher ayahnya, rapuh dalam daging, tetapi kuat dalam mempercayai pengorbanan, sampai Dia tertidur, dalam kematian, dalam pelukan Bapa.
Simon dari Kirene bertindak tetapi tidak berbicara. Antara dia dan Yesus, tidak ada dialog; tidak ada satu kata pun yang diucapkan. Di antara dia dan Yesus, hanya ada kayu salib.
Yesus mengasihi orang ini bahkan sebelum Ia menyampaikan undangan untuk mengikuti-Nya. Ia mengasihi orang itu apa adanya. Kasih Yesus adalah kasih yang tanpa pamrih: berlawanan dengan logika pahala yang menimpa orang ini.
Perempuan itu telah jatuh ke dalam debu; Yesus meletakkan jarinya di atas debu itu dan menuliskan sebuah cerita baru untuknya.
Lukas menyoroti sukacita yang ada di dalam hati Zakheus. Sukacita yang dirasakan oleh seseorang yang merasa bahwa ia telah dilihat, diakui, dan terutama diampuni. Tatapan Yesus bukanlah tatapan yang penuh dengan celaan, tetapi penuh dengan belas kasihan.
Beginilah cara Yesus menyatakan hati Allah: Dia selalu berbelas kasih kepada semua orang; Dia menyembuhkan luka-luka kita sehingga kita dapat saling mengasihi sebagai saudara.